Ini masih tentang testimoni buku membelah bulan yang bikin saya diledekin sama mbak ku yang paling baik nan cantik.
Bukune sopo kuwi dek? Sapanya di inbox kmrn petang
Niku lho mbak, Bu Rose. Guru dan dosen di klaten, jawabku singkat
Ancen apik tenan po bukune, tak sawang anggonmu nulis kok hype tenan?
Sae sanget mbak, saestu, saya mencoba meyakinkan. Owalah… cantik ya orangnya!
(Ealaahh…. Opo iki batinku ) Halah! Nopo to Mbak.. sergah saya cepat.
Kamu jatuh cinta ya..?
Preeett… mboten lah mbak, saestu mboten..
Dan emoticon orang melet mengakhiri chit chat dari Mbak saya petang kemarin.
Sepertinya saya tak berlebihan ketika menulis testimoni membelah bulan kemarin.
Saya yang lebih akrab dengan dunia Internet Marketing tentu saja memaknai buku membelah bulan dg sepemahaman yang ada.
Saya yakin masih terlalu dangkal untuk sekedar bisa memahami makna dan hikmah yang tersurat dari setiap penggalan cerita yang dibuat, apalagi untuk memahami yang tersirat, yang tak terkatakan tapi bisa dirasakan.
Dalam konteks Internet marketing, agar sesuatu yang dilepas ke khalayak ramai itu mendapatkan response yang diharapkan, maka sesuatu itu harus memiliki unsur-unsur AIDA.
Attention, Interest, Desire dan Action.
Saya katakan bahwa buku membelah bulan mengadopsi konsep ini.
Coba saja perhatikan beberapa judul yang ada dalam buku ini : Eny Errow, Lap Sempak, Berbagi Nafsu, Pisah Ranjang, Pesan Matahari Pada Bulan, Syurga Yang Bertetangga, Bersatulah Perempuan Pengeprak Bawang, Sadranan, Serat Kagem Bapak dan tentu saja Membelah Bulan. Penggunaan ‘headline killer’, singkat, padat dan menggoda. Menyentuh, menyemangatkan.
Membaca judulnya saja sudah membuat kita tersedot perhatianya, kemudian tertarik untuk membaca dan larut dalam aliran ceritanya. Dan endingnya tergerak hati dan pikiran, dari satu pemahaman ke pemahaman lain yang lebih baik.
Compelling story yang dibuat juga selaras dengan pendekatan konsep Internet Marketing yang merupakan penyempurnaan dari AIDA, yakni 5P.
Premise, Promise, Picture, Proof, Push
Setiap menemukan tulisan Bu Rose, premise yang saya dapati adalah peristiwa keseharian, disampaikan dengan bahasa sederhana, mengalir, apa adanya tapi tetap santun dan terkandung hikmah didalamnya.
Premise inilah yang mengikat keseluruhan cerita dari awal hingga kalimat terakhir. Yang membuat tulisan menjadi hidup , hingga pesan yang ingin disampaikan benar-benar ‘nyampe’.
Penggalan-penggalan cerita yang ada pada buku membelah bulan menjanjikan hikmah luar biasa, pengajaran yang dalam, disampaikan secara halus, khas orang jawa.
Tengok saja episode ‘Jempol’
Meski di awal cerita di-state sebagai guyon, betapa banyak pengajaran yang disampaikan.
Adab wanita yg menjaga kehormatan dirinya, kehormatan keluarganya dan kehormatan kawan sepergaulan.
Tak perlu ndalil ndakik-ndakik untuk menyampaikan bahwa kaki pun aurat yang harus ditutup, makan makanan yang baik dan sehat dengan porsi secukupnya.
Seandainya mau menggali lebih dalam, banyak hikmah dari guyonan segar itu.
Bu Rose juga piawai dalam merangkai kata untuk menggambarkan situasi, sosok yang ditokohkan hingga gambar itu nampak nyata dalam imajinasi.
Saya sering katakan, saat baca tulisan Bu Rose, saya seolah2 berada ditempat itu juga.
Fakta-fakta yang diungkap secara lugas menjadi bukti nyata dari alur cerita yang disampaikan. Fakta-fakta inilah yang diolah otak kiri kita yg lebih kritis dan analisis sebagai data otentik.
Otak kanan dimanjakan dengan imajinasi (Picture) yang bebas merdeka, otak kiri disuguhi data-data ( Proof ) yang tak terbantahkan.
Klop deh..
Konsistesni premise yang ada membuat tulisan bukan sekedar menjadi hidup, tetapi menghidupkan, menggerakkan.
Hampir sepertiga malam, sesaat selesai membaca cerita katresnan, jantung saya berdegup keras, tenggorokan tercekat. Reflek kutatap lekat wajah wanita paruh baya yang telah 15 tahun menemani melayaniku.
Wajahnya lusuh terbalut lelah, saat itu ingin menangis sejadinya. Ku kecup keningnya dan kupanjatkan sebait doa pengampunan atas dosa kami berdua.
Beranjak ringan kaki melangkah ke kamar bidadari-bidadariku, kuhampiri mereka. Seekor nyamuk berperut gendut menjadi sasaran kemarahan jariku,ku jentikkan jari mengahalau tubuh remuk nyamuk malang itu, ku usap lembut wajah-wajah polos mereka, ku cium kening dan kurapikan selimutnya.
Kekuatan menggerakkan ini lah yang membuat saya tak henti menuliskan kata demi kata sampai saat ini.
Karena saya pun ingin, katresnan yang ada dalam buku membelah bulan ini tersampaikan kepada setiap orang, dimanapun berada
Karena atas qudrat dan irodat Nya jualah buku membelah bulan bisa terbit dan sampai ditangan saya dan anda.
Dan atas perkenaan- Nya pula anda masih membaca tulisan ini.
Semoga….. semoga Gusti Allah paring pemahaman yang lebih dalam kedalam hati kita semua, agar kita bisa senantiasa berbagi katresnan dan lebih bermanfaat untuk orang lain.
Allohummaftahlana bi Futuhil Arifin
EmoticonEmoticon