Kemarin siang buku yang saya tunggu sejak hari raya kemarin akhirnya tiba juga, yayy...!
Yang menjadi spesial adalah buku ini saya dapat langsung dari penulis hebat yang saya kagumi, Bu Rose Widiyanto atau yg lebih akrab disapa Bu Resmiyati. Matur suwun nggih Bu
Testimoni Membelah Bulan
Membaca membelah bulan membuat saya seolah sedang ditemani Ibu yang kinasih nan tulus, kadang seperti sedang berhdapan dengan guru yang bijak bestari tapi di lain waktu saya sedang berhadapan dengan sahabat yang lugas, cerdas dan tangkas.Hikmah tersampaikan secara elegan, khas orang jawa.
Mengajari tanpa menggurui, mengingatkan tanpa merendahkan
Semua dilakukan dengan penuh cinta kasih atau jika meminjam kalimatnya Bu Rose menjadi katresnan.
Barangkali karena rasa katresnan yang ada pada buku itulah yang membuat saya ikut larut dalam proses membelah bulan. Padahal saya tak mengerti budaya dan sastra.
Karena sebagian besar waktu saya habis didepan monitor, menelusuri baris demi baris kode yang bila terangkai dengan sempurna akan menjadi sebuah tampilan cantik di Internet.
Sensasi membelah bulan ini begitu kuat dan ‘memaksa’ saya berhenti dari rutinitas.
Lalu luruh dalam balutan katresnan yang luar biasa, dan ku kecup mesra satu persatu kening tiga bidadariku yang sudah terlelap semalam.
Tubuh penat merengek minta istirahat, tapi hasrat membelah bulan kian menjadi.
Belum pernah saya merasakan 'rasa' seperti ini sebelumnya.
Seperti Mbah Prie GS, saya pun menaruh curiga dengan Bu Rose Widiyanto.
Bagaimana tidak? Tulisan-tulisan yang dibuat begitu kuat mengikat, kata demi kata berangkaian saling melangkapi makna.
Tugas dari kalimat pertama adalah untuk membuat kalimat seterusnya dibaca, begitu kata salah seorang legenda copy writing, Joe Sugarman.
Buku membelah bulan bukan saja mengadopsi tehnik Attention, Interest, Desire, Action yang lazim digunakan penulis-penulis hebat yang hidup diera digital saat ini.
Tapi lebih dari itu, kepiawaian Bu Rose dalam merangkai ‘compelling story’ benar-benar selaras dengan pendekatan Premise, Promise, Picture, Proof, Push.
Elemen push ini lah yang membuat Dr.Widi Suharto, M. Pd selalu ingin segera menulis sesaat setelah membaca tulisan Bu Rose.
Elemen yang sama membuat saya bergegas menekan tombol-tombol keyboard untuk membuat tulisan ini, memposting dilaman facebook dan mendokumentasikan di dalam blog ini.
Elemen yang menggerakkan inilah yang saya maknai sebagi sir atau rasa, elemen yang tak bisa ditiru dan dimodifikasi orang lain.
Maka kecurigaan saya cukup beralasan, bisa jadi Bu Rose pernah menimba ilmu di Akademi Copywriting. (Di copyblogger.com ya Bu?? …. Sotoy mode : ON )
Jika Seth Godin berencana merevisi dan merelease ulang The Purple Cow, saya akan merekomendasikan agar buku ini menjadi salah satu diantara beberapa case study yang dimuat.
Karena membelah bulan memang unik, khas dan memberi efek pencerahan yang luar biasa!
Selamat larut dalam membelah bulan…
Batu Tulis Raya, 14-07-2015
Try Agung
EmoticonEmoticon